Hai, kamu…
Kamu yang hadir disaat paling tepat dikehidupanku. Disaat aku sudah lelah untuk mencari dan hanya menanti untuk dipertemukan dengan kamu.
Saat awal bertemu, aku tahu hati kamu masih luka. Dia menoreh luka yang dalam. Dia yang aku yakin sampai sekarang namanya masih kamu sebut dalam doa. Dia yang selalu kamu sebut namanya dari awal bertemu. Ada nada benci dari ceritamu, namun lebih banyak tersirat nada cinta juga. Dia yang kamu perjuangkan mati-matian selama bertahun-tahun.
Hai, kamu…
Kamu yang hadir dan memberikan harapan.
Pada awalnya tentu aku ragu. Dari dekat saja kamu selalu membawa nama dia. Namun kamu berusaha meyakinkan aku, itu semua ada di masa lalu, aku pasti lebih baik dari dia. Aku coba mempercayainya dan menjalani bersama kamu. Aku agak heran dengan perubahan sikap kamu. Tadinya sangat perhatian, sekarang berubah acuh. Tadinya kita berbicara tentang masa depan, sekarang kamu menghindarinya. Dan dulu aku tidak pernah sadar bahwa disetiap obrolan malam kita selalu terselip cerita tentang dia. Dimana kamu masih berkomunikasi dengan dia, masih selalu hadir di tiap post sosial media dia dan bahkan masih menyimpan fotonya. Aku mencoba untuk menampik perasaan cemburu dan heran dengan perilaku kamu. Tapi sampai pada akhirnya…
Kamu menyerah. Kamu mengakui tidak bisa melupakan dia. Kamu bahkan berbicara bahwa memang bukan aku yang kamu inginkan. Kamu masih sangat mencintai dia. Sebaik dan seberapa besar sayang aku ke kamu tidak akan pernah membuat kamu berpaling pada aku. Kamu bahkan tidak menghargai usaha aku untuk menjadi lebih baik, menjadi seperti yang kamu minta. Aku sangat kecewa. Bukan perpisahan yang aku tangisi, namun bagaimana bisa usaha yang telah aku lakukan selama ini hanya dianggap angin lalu. Diakui sebagai pasangan juga tidak. Apa salah aku? Kamu hanya bisa meminta maaf tanpa memberikan aku jawaban yang jelas. Dari situ aku sudah paham, bahwa memang tidak pernah ada "Kita" diantara "Aku dan Kamu" karena "Dia".
Aku, Kamu dan dia menjadi kita dalam sebuah ikatan yang tak semestinya terjadi. Pusaran takdir bak menyatukan kita dalam keadaan yang sangat rumit, betapa hebatnya Tuhan yang telah memperkenalkan kita yang sebelumnya tak pernah saling mengenal satu sama lain. Cerita hidup yang sangat sulit menjadi sebuah catatan panjang untuk diriku.
Detik-detik jam itu selalu kutunggu dengan sabar, menunggu bergulirnya sang senja ke ufuk barat yang akan berganti malam sunyi yang menyesakkan. Senantiasa kutatap layar kecil bercahaya ini untuk sedikit menuntut dirimu luangkan waktu untukku. Benar, hanya ini yang bisa aku lakukan. Menanti sang malam dan mengharapkan sisa waktu yang kau miliki untuk bisa setidaknya bercengkrama dengan diriku walau tak bertatap muka. Aku sadar waktumu untukku sangat terbatas, kau harus melalui hari yang cukup panjang dengan dirinya. Sementara aku, hanya memiliki waktumu dalam malam gelap yang semakin larut.
Dalam harimu yang panjang itu, aku tak pernah tau apa yang telah kau lalui bersamanya. Entah melelahkan atau menyenangkan, namun tak jarang ketika waktu untukku hanya kesalmu yang aku dapatkan. Walaupun begitu, aku sangat menikmati waktu yang kau sisakan untuk setiap sapaan darimu di malam hari. Seperti tak menerima kenyataan bahwa dirimu mencintai dirinya, aku masih saja memberikan perhatian kecil dan berharap lebih padamu yang kau sambut dengan hangat.
Di sini aku selalu setia menunggu dirimu untuk bisa kau anggap. Mungkin aku hanyalah teman di matamu, tetapi itu sudah dari cukup untuk sekarang, asalkan kau tetap menemani malamku. Aku ikhlas hanya mendapatkan sepertiga sisa waktu darimu sebelum kau istirahat dari lelahnya hari. Sebenarnya ingin sekali aku mengatakan disetiap sapaan darimu membuat jantungku berdegup begitu cepat dengan sendirinya, beribu rasa menyeruak dalam dada yang sangat menyesakkan. Tetapi dengan keadaan kita yang sekarang, aku tidak bisa memaksakan dirimu untuk merasakan hal yang sama denganku.
Dalam sepertiga waktumu, banyak sekali yang ingin aku sampaikan. Sebuah kata yang hanya dapat kupendam dan tak kuasa kuungkapkan kepadamu, apakah kau tau ini begitu sangat menyiksa dalam diriku. Sepatah kata yang merangkai kalimat untuk membuka matamu bahwa dia tidaklah mencintaimu. Apa kau tau? Ketika kau bercerita tentang dirinya membuatku semakin terjatuh dalam ruang hitam yang sangat asing yang tak pernah kutau. Terkadang aku lelah untuk menunjukkan bahwa dia tidak menyayangi dirimu, sesungguhnya dia tidak mengharapkanmu, bahkan dia mencintai orang lain disaat kau memperjuangkan cintanya.
Apakah kau tau disetiap tangismu ada aku yang ikut terluka, disetiap kau sebut namanya ada hati yang patah dan harus kusembuhkan. Memang cinta tak bisa dipaksakan pada siapa tujuannya dan dimana ia ingin berlabuh. Begitu juga kamu tidak bisa memaksakan dirinya mencintaimu dan juga aku yang tak bisa memaksamu untuk melihatku lebih dari seorang teman. Semoga aku tetap sabar dalam penantian ini dan menunggu kau menyadari keberadaan diriku. Aku harap ketika kau menyadari keberadaanku, aku masih menunggumu, dan apabila nanti aku sudah tidak menanti dirimu semoga kau menemukan orang yang pantas untukmu. Seperti itu lah cinta terkadang sangat sulit dan aneh, dimana sebuah ketulusan disia-siakan demi mengejar yang tak pasti.
Cerpen Karangan: Hada Apriani Rahman
Blog / Facebook: Hada Apriani Rahman
Cerpen Aku, Kamu dan Dia merupakan cerita pendek karangan Hada Apriani Rahman, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
